Jenis jenis Kopi

Ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal , yaitu : Kopi Arabika, Kopi Robusta, Kopi Liberika dan Kopi Ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Sementara itu, kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan kurang komersial.

Perkebunan Kopi Arabika Kintamani

Kopi arabika dan kopi robusta memasok sebagian besar perdagangan kopi dunia. Jenis kopi arabika memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan kopi robusta sehingga harganya lebih mahal. Kualitas cita rasa kopi robusta dibawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap penyakit karat daun. Oleh karena itu, luas areal pertanaman di Indonesia lebih besar daripada luas areal pertanaman kopi arabika sehingga produksi kopi robusta lebih banyak. Areal pertanaman kopi arabika terbatas pada lahan dataran tinggi diatas 1.000 m dari permukaan laut agar tidak terserang karat daun kopi.

Ciri – ciri Kopi Arabika :

  • Memiliki karakter rasa yang cendrung asam
  • Memiliki aroma yang kuat seperti buah-buahan, bunga-bungaan, dll
  • Kandungan kafein sekitar 0.8% – 1.4%
  • Harga lebih mahal daripada jenis kopi lainnya

Ciri – ciri Kopi Robusta :

  • Memiliki karakter rasa yang cendrung pahit
  • Memiliki karakter rasa lebih ke kacang kacangan
  • Kandungan kafein dua kali lipat dari pada kopi arabika, yaitu 1.7% – 4%
  • Harga biasanya lebih murah sepertiga dari kopi arabika

Perkembangan Kopi Indonesia

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.

Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut saat itu. Namun, tidak ada yang berhasil secara memuaskan. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi jenis kopi robusta. Kopi arabika yang tersisa umumnya hanya ditanam di dataran tinggi (>1.000 Mdpl). Hal ini disebabkan oleh kurangnya intensifnya tingkat serangan jamur H. vastatrix pada elevasi 1.000 Mdpl atau lebih. Tanaman kopi kopi arabika masih mampu bertahan dan berproduksi cukup baik di daerah dengan ketinggian tersebut. Berbeda dengan kopi robusta, kopi robusta umumnya dibudidayakan di lahan dengan elevasi 0 – 1.000 Mdpl.

Adapun hal lain yang mendorong masuknya kopi robusta ke Indonesia adalah pembelian benih robusta oleh perusahaan perkebunan yang bernama “Cultuur Mij. Soember Agoeng” tahun 1900 dari I’Horticule Coloniale yang berkedudukan di Brussel. Benih benih untuk menghasilkan bibit tersebut didatangkan dari Kongo Belgia (sekarang Zaire) yang terletak di Afrika Barat. Tepat pada tanggal 10 September 1900 bibit bibit kopi robusta diterima di kebun Soember Agoeng. Perusahaan perkebunan tersebut berkantor di kota s’Gravenhage di Belanda dan mengelola perkebunan Soember Agoeng, Wringin Anom, dan Kali Bakar yang berlokasi di daerah Dampit, sekitar 40km dari kota Malang arah tenggara.

Upaya memasukkan kopi robusta ke Indonesia juga dilakukan oleh gabungan pengusaha perkebunan di wilayah Kediri (“Kedirische Landbouw Vereniging“) pada tahun 1901. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun tersebut juga memasukkan kopi robusta ke Kebun Percobaan milik Pemerintah Hindia Belanda (Goverment Proeftuin) di Bangelan dekat Malang untuk keperluan penelitian.

Nanti di postingan berikutnya kita akan bahas Perkembangan kopi arabika dan kopi robusta.

Leave a Comment